WALHI BENGKULU, AKSI SOLIDARITAS UNTUK SALIM KANCIL DAN TOSAN

Aksi Solidaritas WALHI Bengkulu Bersama Masyarakat dan Mapetala
Sabtu 10 Oktober 2015 WALHI Bengkulu melakukan aksi solidaritas dukungan kepada Salim Kancil, petani dan pejuan glingkungan yang lantang bersuara menolak tambag pasir besi di Desa SelokAwar-Awar Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Salim wafat pada Sabtu, 26 September 2015, di Balai Desa Selok Awar-Awar, Kabupaten Lumajang setelah dianiaya dan dikeroyok oleh puluhan orang preman tambang pasir besi illegal yang konsesinya di desa Selok Awar-Awar. Rekannya, Tosan yang juga di keroyok kini masih dalam kondisi kritis dirawat di rumah sakit.

Aksi dimulai pukul 10.00 wib bertempat di simpang lima kota Bengkulu dengan peserta mencapai 50an orang. Aksi ini juga melibatkan beberapa elemen mahasiswa dan masyarakat diantarannya Mahasiswa Pencinta Alam Bengkulu (Mapetala Bengkulu), masyarakat yang berkonflik dengan perusahaan kelapa sawit di ProvinsiBengkulu yaitu masyarakat Seluma Barat dan Lubuk Sandi yang tergabung dalam Forum Petani Bersatu, masyarakat Desa Rawa Indah, masyarakat kabawetan Kabupaten Kepahiang yang berkonflik dengan perusahaan perkebunan teh. Dan masyarakat Desa Penago Baru yang nasibnya hampir sama dengan masyarakt desa SelokAwar-Awar, berkonflik dengan perusahaan pasir besi, namun aktifitas tambang pasir besi di Desa Penago Baru telah berhenti karena mendapat penolakan dan perlawanan dari masyarakat.
            
Dalam orasinya, koordinator Aksi Ola Elveri mengatakan bahwa pembunuhan Salim Kancil adalah kejahatan korporasi yang menjadikan rakyat sebagai tumbal kerakusan korporasi dalam memonopoli sumber dayaalam yang ada di negeri ini. Ini juga bentuk ketidakadilan pemerintah kepada masyarakat yang berwajah manis pada investor dan sangar ketika berhadapan dengan masyarakat.

Ola juga menjelaskan di Provinsi Bengkulu ada banyak wilayah pesisir yang menjadi konsesi tambang. Seharusnya tidak boleh ada konsesi di wilayah ini karena merupakan wilayah ekoogi genting unik dan penting dan rawan bencana.Tambang pasir besi membutuhkan lahan yang banyak dan rakus air sehingga akan merusak lahan pertanian serta sistem air masyarakat sekitar tambang.

Sony Taurus manager advokasi Walhi Bengkulu mengatakan “paradigma pembangunan konvensional selama ini yang bertumpu pada eksploitasi sumberdaya alam telah menimbulkan permasalahan sosial dan krisis ekologis. Kapitalisasi sumber daya alam secara besar-besaran, bukan hanya berakibat pada kehancuran tatanan ekosistem tetapi berdampak luas dengan tatanan sosial dan penghidupan masyarakat.” Kedepan pemerintah harus mampu melindungi masyarakat dari ancaman korporasi, serta merubah paradigma pembangun aneksploitatif menjadi pardigma pembangunan yang berasaskan lingkungan dengan tidak memisahkan antara manusia dan lingkungan.

Selain itu ada beberapa tuntutan peserta aksi kepada pemerintah dan aparat penegakhukum, yaitu;
  1. Lindungi petani dan pejuang lingkungan dari ancaman intimidasi oleh pihak perusahaan pertambangan dan perkebunan.
  2. Lindungi kawasan pesisir sebagai kawasan genting, unik dan penting dari ancaman ekspansi pertambangan pasir besi.
  3. Usut tuntas kasus pembunuhan Salim Kancil dan penganiayaan terhadap Tosan.
  4. Tuntaskan segala macam bentuk konflik agraria di provinsi Bengkulu .
  5. Pemerintah harus bisa membuat kebijakan yang humanis dan pro-rakyat, tidak sekadar demi meraup keuntungan materi saja.
  6. Kembalikan tanah rakyat yang telah dirampas oleh perusahaaan pertambangan dan perkebunan.

Aksi ini berlangsung secara damai selama 2 jam. Setelah aksi selesai peserta pulang dengan tertib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar