Seminar dan Lokakarya yang melibatkan peran Perempuan dalam Adaptasi Perubahan Iklim



Krisis global pandemic Covid 19 yang terjadi sangat luar biasa dan berimbas terhadap multisektor, termasuk sektor pangan. Hal ini menuntut kepedulian dan pemikiran yang jernih dari berbagai pihak sehingga tercipta suatu kebijakan yang relevan dan efektif untuk diterapkan sehingga mampu menyelesaikan dan menanggulangi permasalahan di sektor pangan.Karena didalam kearifan lokal, azas keberlanjutan lebih diutamakan daripada azas keuntungan (profit).

Untuk itu diperlukan alternative ketahanan pangan yang tidak hanya mengandalkan kebijakan Negara. Salah satu caranya adalah penguatan atau optimalisasi kearifan lokal, dimana kearifan lokal sudah terbukti mampu menjaga harmonisasi antara manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan, serta manusia dengan Sang Pencipta. Sudah saatnya rakyat bergerak menunjukan peran dan kontribusinya dalam menanggulangi ancaman krisis pangan dalam pendemi Covid 19.

Dalam kesempatan ini kemudian WALHI Bengkulu menggagas Seminar yang melibatkan peran Perempuan dalam adaptasi perubahan iklim melalui diskusi online dengan beberapa pihak terkait seperti dari Dinas Ketahanan Pangan, BMKG Provinsi Bengkulu, DLHK Provinsi Bengkulu. Diskusi tersebut di hadiri oleh perwakilan anggota KPPL Resam Mandian Rajo untuk memberikan informasi kepada masyarakat umum tentang kearifan lokal masyarakat desa Lubuk Resam dalam melakukan praktek-praktek pertanian dalam upaya mempertahankan ketahanan pangan. Dialog ini bertujuan untuk berbagi informasi tentang kesediaan dan kesiapan Provinsi Bengkulu dalam menghadapi ancaman krisis pangan dalam pandemi Covid 19. Selain itu untuk sebagai media berbagi pengetahuan tentang kearifan lokal warga dalam pengelolaan pangan yang telah diwariskan secara turun temurun.

Kearifan lokal masyarakat desa Lubuk Resam dalam praktek-praktek pertanian yang masyoritas masyarakatnya bertani kopi dan sawah merupakan perpaduan yang cukup harmonis dipertahankan oleh masyarakat sampai saat ini. Seperti misalnya dalam praktek bersawah masyarakat umumnya melakukan penanaman bibit serentak. Hal ini dipercaya masyarakat untuk menghindari hama tikus dan ancaman gagal panen. Kearifan lainnya adalah dengan melakukan arisan hasil panen guna menjaga stok pangan yaitu beras untuk kebutuhan sehari-hari. Masyarakat desa Lubuk Resam pada dasarnya tidak pernah menjual beras karena hasil dari bersawah tersebut digunakan untuk kebutuhan dalam rumah tangga saja. Setelah melakukan penghitungan terhadap kebutuhan sehari-hari dalam rumah tangga, dan hasil pertanian tersebut dapat mencukupi sampai panen musim berikutnya barulah masyarakat dengan berani menjual beras untuk tambahan pendapatan selain dari hasil kopi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar