Pemukiman Masyarakat Minggir Sari |
Awalnya Rafi’i meminta
lokasi di perempat jalan, Namun dilarang oleh kepala desa dan disarankan untuk
sedikit minggir. Inilah yang menjadi cikal bakal nama Dusun Minggir Sari.
Areal Dusun IV Minggir
Sari awalnya adalah hutan. Tahun 1998 dan 1999 masyarakat mulai melakukan
penebasan untuk lokasi pemukiman dan mengumpulkan kayu untuk bahan membuat
rumah. Rumah pertama yang berdiri adalah rumah Rafi’i, yaitu pada tahun 2000.
Kemudian disusul oleh rumah-rumah warga yang lain. Tercatat ada 17 kk pertama
yang menetap di dusun IV Minggir Sari dan diakhir tahun 2000 bertambah menjadi
29 kk.
Awalnya fasilitas agama dan pendidikan masih sangat minim. Memang sebelumnya telah ada masjid, yaitu masjid di pemukiman lama yang dipindahkan. Namun masjid ini sangat kecil, sehingga
tidak mencukupi untuk tempat ibadah masyarakat. Masyarakat berembuk agar
dapat mendirikan masjid baru. Mereka berbagi tugas. Ada
yang mengumpulkan kayu, mengumpulkan sumbangan sukarela untuk membeli paku dan
lainnya. Masyarakat juga mendapat bantuan dari desa Ngalam berupa seng bekas.
Selain fasilitas agama
Rafi’i juga mengupayakan berdirinya sekolah. Rafi’i diberi petunjuk untuk
menghadap Mulyadi Usman, staf Departemen Agama Bengkulu Selatan pada waktu itu.
Rafi’i menjelaskan bahwa dusun IV Minggir Sari jauh dari fasilitas pendidikan,
padahal anak-anak mau sekolah. Mulyadi kemudian bertanya mau tipe sekolah
seperti apa? Rafi’i balik bertanya, yang cepat prosesnya tipe sekolah apa.
Atas usul Mulyadi dipilihlah madrasah ibtadiyah.
Rafi’i diberi uang 25
juta oleh Departemen Agama. Uang tersebut digunakannya untuk membeli bahan
bangunan sekolah. Salah seorang staf departemen agama mendatangi Rafi’i meminta
uang tersebut jangan digunakan semuanya, cukup 15 juta saja dan sisanya untuk
mereka berdua, namun Rafi’i menolak.
Setelah melalui perjuangan
yang cukup panjang, akhirnya sekolah berdiri pada bulan Agustus 2003.
Tahun 2002 dusun IV
Minggir Sari didaftarkan ke Desa Tumbuan, dan mendapat SK penetapan dusun dari
camat Lubuk Sandi. Ditahun berikutnya dilakukan pemilihan kadus pertama dan Rafi’i
terpilih sebagai kadus. Masyarakat juga terlibat aktif dalam pilkada dan di
dusun IV Minggir Sari ada 1 TPS untuk pemilihan umum.
Di tahun 2011, PT
Sandabi Indah Lestari memangkan lelang atas HGU PT. Way Sebayur. dan penguasaan
lahan beralih kepada PT. Sandabi Indah Lestari, termasuk dusun IV Minggir Sari.
Hal ini yang menjadi awal konflik antara masyarakat dengan PT. SIL. PT. SIL
ingin menguasai lahan dan pemukiman warga. Berbagai cara dilakukan agar warga
memberikan atau menjual lahannya dengan harga yang murah kepada PT. SIL,
termasuk dengan cara intimidasi. Jumlah kk di Minggir Sari mencapai 226 kk
namun terus berkurang karena terus diintimidasi oleh perusahaan.
Masyarakat terpaksa menjual lahannya dengan harga murah dan pindah ketempat
lain.
Intimidasi tidak hanya
dilakukan oleh pihak perusahaan. Ada juga anggota kepolisian yang mendatangi
Rafi’i beberapa kali meminta agar lahannya dijual kepada PT SIL, namun Rafi’i
tetap menolak. Tahun 2014 lalu PT SIL memutuskan jalan akses menuju Minggir Sari.
Masyarakat marah dan berkumpul menanyakan tujuan perusahaan memutuskan jalan
tersebut. Karyawan PT SIL mengatakan bahwa ini adalah tugas dari manager.
Akhirnya masyarakat menyuruh karyawan tersebut untuk memperbaiki kembali jalan
yang telah dirusaknya.
Masyarakat lain yang pernah diintimidasi adalah Ruslan. Ruslan pernah menjabat
kepala dusun. Bersama anggota Fotum Petani Bersatu ia aktif berjuang untuk
mendapatkan pengakuan atas ruang kelolah mereka. Karena aktifitasnya, Ruslan
dinonjobkan dari kepada dusun. Ruslan pun pernah digebuki
oleh karyawan PT. SIL karena tidak mau menjul lahannya kepada perusahaan.
Saat ini penduduk dusun
iv minggir sari hanya tersisa 64 kk. Mereka masih berjuang mempertahankan ruang
kelolah, demi kehidupan anak cucu yang lebih baik. Apapun resikonya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar